Sabtu, 26 Oktober 2013

seni celempungan di daerah purwakarta


SENI CELEMPUNGAN
Purwakarta
Seni Celempungan merupakan salah satu peninggalan/warisan budaya nenek moyang Sunda di daerah Purwakarta. Kesenian ini berhubungan dengan latar belakang mata pencaharian orang Sunda jaman dahulu di daerah Purwakarta yaitu berladang (Ngahuma).
Asal-muasal istilah seni Celempungan Berasal dari kata Celempung yang berarti alat musik atau waditra yang terbuat dari seruas bambu yang memakai 2 tali hinis yang merupakan senarnya, pada bagian tengahnya diberi lubang yang merupakan lubang suara, batang bambu yang diberikan lubang itu merupakan resonatornya. Alat musik atau waditra ini apabila dipukul akan mengeluarkan suara yang mirip seperti suara kendang.
Dalam perkembangannya bahan yang dipakai untuk membuat celempungan ini terbuat dari sepotong kayu kering yang berlubang seperti ruas bambu, dalam bahasa Sunda disebut Parungpung. Pada dawainya memakai kawat atau senar dan bagian tengahnya diberi lubang yang berfungsi sebagai Resonator.
Pada abad ke-19, seni celempungan ini dirubah bentuk alat musiknya atau waditra celempungan dan dikolaborasikan dengan waditra lainnya seperti piul, kecapi, keprok, goong buyung, sehingga melahirkan sebuah bentuk orkestra kecil. Pada umumnya seni Celempungan ini digelar (dipertontonkan) dalam acara hajatan (kenduri) dan upacara-upacara syukuran setelah panen padi, misalnya panen padi disawah atau panen padi di ladang, dan juga dalam acara hajatan sunatan (khitanan),kawinan,dan syukuran menyambut kedatangan seorang bayi ke alam dunia (lahiran).
Dalam pagelaran celempungan diawali dengan persembahan lagu “Béndrong” (Ngabéndrong), karna pada awal pagelaran Celempungan disajikan lagu “Béndrong” yang dirangkaikan dengan ngarajah yaitu permohonan ijin kepada karuhun (nenek moyang) lagu yang biasa dinyanyikan yaitu “Kembang Gadung” dan “Kidung”. Setelah itu celempungan ini menyajikan beberapa lagu seperti Wadah Seupaheun, Oyong-oyong bangkong, Dermayonan, dan Kulu-kulu Barang. Dalam perkembangannya sekarang sering juga memainkan lagu-lagu yang lumrah dalam Jaipongan seperti Serat Salira, Bulan Sapasi, Goyang Karawang, dan juga para penonton sering ikut menari sepaerti halnya dalam seni bajidoran.
Pada saat ini sudah terlihat usaha masyarakat untuk mengembangkan seni celempungan, terlihat dari beberapa inovasi contohnya di desa Cibeber Kecamatan Kiarapedes, Seni Celempungan dipakai untuk mengiringi seni beladiri Pencak silat dan menambahakan alat musik atau waditra terompet (tarompét) seperti dalam kendang penca.